skip to main |
skip to sidebar
MENDOAKAN ORANG YANG SUDAH MENINGGAL?
MENDOAKAN ORANG YANG SUDAH MENINGGAL?
MANA AYATNYA DALAM KITAB SUCI?
PENDAHULUAN
Berbicara mengenai Api Penyucian, erat hubungannya dengan praktek
mendoakan orang yang sudah meninggal. Sebagai orang Katolik, kita
menghormati jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal dan dengan tekun
mendoakan serta mempersembahkan intensi Misa bagi mereka.
Namun
mungkin kita beberapa kali menghadapi tantangan dari orang non-Katolik
mengenai praktek ini. Mengapa kita mendoakan orang yang sudah meninggal?
Bukankah orang yang sudah meninggal itu sudah tidak punya hubungan lagi
dengan kita di bumi? Memangnya doa-doa dan silih kita bisa membantu
mereka masuk Surga?
Praktek mendoakan orang yang sudah
meninggal, selain sangat Alkitabiah, juga amat indah. Melalui praktek
ini, Gereja mewartakan sebuah kebenaran yang indah bahwa Persekutuan
Orang Kudus tidak terputus oleh kematian, bahkan justru "diperkuat" oleh
kematian [di dalam Yesus], dalam arti, hubungan kita dengan jiwa-jiwa
tersebut kini justru tidak lagi terbatas oleh waktu dan jarak fisik.
Ingat bahwa Gereja Katolik, yang adalah Gereja Semesta atau Universal,
bukan hanya Gereja yang di dalamnya ada banyak usia, bangsa, suku, dan
bahasa, melainkan juga Gereja yang terdiri dari Gereja Berziarah (kita
yang masih di bumi), Gereja Menderita (jiwa-jiwa di Api Penyucian), dan
Gereja Berjaya (jiwa-jiwa yang berbahagia di surga).
APA DASAR DARI PRAKTEK INI MENURUT KITAB SUCI?
1)
"Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk
mempersembahkan kurban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang
sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. Sebab
jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan
bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati."
(2 Makabe 12:43-44)
Ayat tersebut diambil dari sebuah perikop yang menceritakan tentang
Yudas Makabe, seorang panglima perang tentara Israel, yang menemukan
jimat dan berhala pada jenazah para prajuritnya. Yudas, seoranh yang
saleh, lantas memohon ampun bagi prajurit-prajurit tersebut.
Maka jika kita mendoakan orang mati, kita sesungguhnya sedang mewartakan
kebenaran Kristiani, yaitu kebangkitan orang mati dan harapan akan
hidup kekal di dalam Tuhan.
*
2)
"Sebab aku yakin,
bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun
sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah,
yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."
(Roma 8:38-39)
Kita meyakini bahwa kasih Kristus tidak putus saat seseorang meninggal.
Justru, kasih inilah yang menjadikan adanya Gereja Berziarah, Gereja
Menderita, dan Gereja Berjaya. Kasih ini memberikan kita semua
kesempatan untuk saling mendoakan dan saling tolong-menolong menanggung
beban (Galatia 6:2)
*
3)
"Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya pada hari-Nya."
(2 Tim 1:18)
Ayat ini adalah doa Rasul Paulus saat mendoakan Onesiforus yang sudah
meninggal. Onesiforus adalah sahabat Paulus yang rajin mengunjunginya
saat ia dipenjara. Di sini kita melihat bahwa Rasul Paulus pun memohon
belas kasih Tuhan kepada jiwa sahabatnya itu pada saat kematiannya. Hal
ini tentu tidak masuk akal jika doa bagi orang meninggal tidak ada
gunanya.
*
4)
"Tetapi tentang kebangkitan
orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika
Ia bersabda: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia
bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup."
(Matius 22 : 31-32)
Di sini Yesus sedang berbicara kepada orang-orang Farisi. Pada masa itu
tentu saja Bapa Abraham, Ishak, dan Yakub sudah meninggal menurut mata
manusia. Tetapi ternyata mereka tidak meninggal, melainkan hidup di mata
Allah. Malahan, orang-orang benar ini bisa dibilang "lebih hidup"
daripada kita di bumi, karena mereka telah berada bersama Sang Sumber
Kehidupan itu sendiri. Maka, apakah mereka bisa mendengar doa kita? Ya,
tentu saja! Dan mereka pun dapat mendoakan kita juga!
*
PENUTUP
Demikianlah, setidaknya ada 4 ayat Kitab Suci yang menjadi dasar praktek berdoa bagi orang yang sudah meninggal.
Jadi sudah jelas bahwa praktek ini bukan tidak beralasan, namun justru
bertumpu pada iman akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal, dan juga
pada keyakinan bahwa kasih dan kerahiman Allah tidak berhenti sampai
pada kematian. Sebab, Allah macam apa yang kasih-Nya dibatasi oleh
kematian? Tentu bukan Allah kita, Allah yang menguasai surga dan bumi,
Allah yang hidup dan mengagumkan, Allah yang kudus dan kekal sampai
selama-lamanya, amin!
—Deo Duce—
No comments:
Post a Comment